Halaman

Selasa, 10 Desember 2013

Tersedot kejaman Pertumpahan Darah45

Masih di kota yang sejuk ini yakni kota malang.meski tidak sesejuk dulu (katanya) tak biasanya kota ini tidak ramai dengan kendaraan bercerobong racun yang berlalu lalang mengusik keheningan pagi, kali ini terlihat sepi. Terlihat banyak orang-orang berjalan mondar mandir di depanku, dari balik keramainan itu terlihat sebuah bangunan yang terdapat banyak orang di dalamnya, banyak pula yang keluar masuk bangunan itu yang sepertinya sebuah pasar. Aku mencoba menyerobot keramaian orang-orang itu dan berjalan menuju bangunan itu,semakin dekat maka semakin terdengar keras kegaduhan para penjual dan pembeli.kuarahkan mataku keseluruh sudut dalam bangunan itu, sebelah kanan terdengar suara keras dari bapak bapak yang sungguh tidak kumengerti bahasanya, karena aku tak terlalu mengerti bahasa jawa, sebelah kiri kulihat seseorang nenek yang berusaha menggendong ka tntong keranjang dsa kekuatan yang ada pada dirinya, guratan-guratan hidup telah bnyak menghiasi wajahnya,tetes keringat membasahi pipinya yang kemudian dengan cepat dia mengelap nya dengan selendang kusut di tubuhnya. perlahan lahan dia melewatiku kemudian hilang ditengah keramaian, aku meneruskan melangkah melihat
sekeliling,hingga tiba di tengah pasar dan tiba tiba sekerumanan orang memberikan aba aba untuk segera memasuki pasar belakang karena pintu depan akan segera ditutup. aku berpikir mengapa tidak lewat depan saja, maka aku pun kembali menuju pintu depan karena berinisiatif ketitik semula  dimana aku menemukan hal baru yang tidak pernah kutemui sebelumnya di kota dingin ini. "Jangan" tiba tiba tanganku diraih oleh kakek yang terpincang-pincang.. "kita akan segera diserbu..kita harus lewat belakang karena kemungkinan pintu tengah juga akan di tutup.." hah???nih orang ngomongin apa sih, "maksutnya apa kek?" tapi pertanyaanku tidak di gubrisnya dan ia segera menarik tanganku menuju tengah pasar, suara pintu pintu kayu itu ditutup "pintu tengah juga akan ditutup!" teriak lelaki dari arah depan kami "cepat segera kosongkan tempat ini" aku semakin bingung, ingin bertanya lagi pada kakek itu tapi ku sadari dia tidak bersamaku lagi, aku berdesak desakan dengan jeritan dan dorongan kasar dari sekerumunan orang orang,"Ayo" tubuhku di angkat oleh dua orang laki laki yang bertugas membantu menaikkan para perempuan ke kereta tanpa awak itu, hanya beralaskan kayu di atas rel, disusun kemudian dinaiki oleh ratusan orang. Kereta itu kemudian melaju menelusuri terowongan gelap dengan penuh sesaknya orang-orang dalam keadaan panik, terdengar dari arah belakang samar samar pintu pasar itu di dobrak dengan kasar tetapi seolah kayu kayu itu tau akan keselamatan orang-orang ini, kayu itu itu kuat seperti besi, disana sini terjadi ledakan dan letupan senjata api. Hanya beberapa saat saja kami sudah berada di tempat lorong kecil dan kami harus turun menelusuri jalan kecil seperti parit-parit, dari bawah kami bisa melihat para tentara-tentara musuh sedang berjajar, "Dalam hitungan ke tiga, kita harus maju!" teriak seseorang yang terlihat seperti pemimpin dari gerombolan orang ini, dalam batin aku berkata (ini terus disuruh perang gitu??) belum sempat mendapat jawaban, orang orang ini sudah berlarian menaiki parit-parit, dan Jdyaaaarrrr banyak sekali orang yang mati tertembak, (Jadi ini aku ada di tengah-tengah orang perang?? tidaaaak..aku gak ada bekal apa-apa untuk perang, senjata aja gak punya, gimana mau perang?!! kuliahku belum selesai! ) aku panik setengah mati dan berusaha maju meski kaki seakan kram tak ingin berjalan. Aku memanjat ke arah yang lebih tinggi, dan menemukan tiga orang tentara yang seperti jendral nya, salah satu sedang mengarahkan senjata api ke arah pimpinan gerombolan kami, tapi entah mengapa aku seperti berada pada sosok orang lain, dengan muka lain, dan laki-laki, tapi aku tetap bisa merasakan keberadaan diriku, aku mencapai senjata itu secara diam-diam, kupegang tangannya erat lalu kutembakkan saja senjata itu pada jendral yang ada di samping pimpinan kami, kemudian secara cepat ku tembakkan lagi kearah samping dengan kecepatan yang sama jendral sebelah itu menoleh kaget "Jdyaaar" aku melepaskan peluru lagi dan yang ketiga ku arahkan pistol itu kearah jendral yang kukendalikan sejak tadi. Sorak kemenangan ada di tangan kami, anehnya aku telah menjadi diriku sendiri dengan memandang orang yang menembak 3 jendral tadi, seolah tidak percaya dengan keadaan diriku aku bergumam "Baa..baaa.. bagaimana bisa kau jadi aku tadi?" dan senyuman kecil dari orang itu menyapaku seolah dia ingin aku merasakan ketika dia menembak 3 jendral itu.
 Complicated

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, tapi jangan nyepam ya ....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...